Jumat, 03 Desember 2010

Pembagian Iman

Firman Allah SWT :
(Dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang beriman dan beramal sholeh bahwasanya bagi mereka syurga yang mengalir sungai-sungai di bawah mahligai-mahligainya)
Iman adalah membenarkan dengan hati apa-apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT.
Ketahui olehmu bahwasanya iman itu terbagi lima, yaitu :
1. Iman Taklid, yaitu iman yang ada dengan mengambil perkataan dari gurunya tanpa dalil.
2. Iman Ilmu, yaitu iman yang ada setelah mengetahui aqaid-aqaid dan dengan dalil disebut ‘Ilmul yaqin.
3. Iman ‘Ayan, yaitu iman yang ada dari muroqobah hati bagi Allah sekira-kira tidak hilang dari dalam hati
    sekejap matapun disebut ‘Ainul yaqin.
4. Iman Haq, yaitu iman yang ada dari musyahadah hati akan Allah dengan hati disebut Haqqul yaqin.
5. Iman Haqiqat yaitu iman yang ada dari keadan hati tidak memandanga kecuali hanya Allah saja disebut
    Kamalul yaqin.

Adapun iman taklid itu untuk orang biasa, iman ilmu untuk orang yang mencari dalil, iman ‘ayan untuk orang yang selalu muroqobah dinamakan maqom muroqobah. Iman Haq pada ‘arifin dinamakan maqom musyahadah dan iman Haqiqat itu untuk waqifin dinamakan dengan maqom Fana` karena fana` mereka akan yang lain dari Allah SWT tidak memandang mereka melainkan Allah jua.
Adapun iman Haqiqatul Haqiqat yaitu untuk para rasul dan tidak ada cara untuk dapat menjelaskannya.

Sabda Nabi SAW :
Artinya : “Adapun iman itu mengenal atau tashdiq dengan hati dan perkataan dengan lidah dan beramal dengan anggota”.

Dimaksud dengan tashdiq hati yaitu membenarkan dengan hati tiap-tiap yang di bawa rasul benar itu dari Allah. Perkataan maksudnya mengucap dua kalimah syahadat dan dengan anggota maksudnya dengan perbuatan. Jadi iman itu suatu perumpamaan dari terkumpulnya tiga perkara dan itulah syarat iman yang sempurna.

Sabda Nabi SAW :
Artinya : “Iman itu telanjang, pakaiannya taqwa, perhiasannya malu dan buahnya ilmu yang diamalkan”.

Sabda Nabi SAW :
Artinya : “Tidak sempurna iman dari seorang yang tidak amanah”.

Sabda Nabi SAW :
Artinya : “Tidak beriman seseorang itu yaitu iman yang sempurna hingga mengasihi saudaranya seperti apa yang dikasihinya untuk dirinya dari setiap kebaikan”.

Sabda Nabi SAW :

Artinya : “Iman itu ada di dada orang mukmin dan tidak sempurna iman melainkan dengan menyempurnakan hal-hal yang fardhu dan hal-hal yang sunat (menyempurnakan keduanya dengan sempurna rukun dan syarat) dan tidak binasa iman melainkan dengan mengingkari hal-hal yang fardhu dan hal-hal yang sunat (keduanya atau fardhu saja). Barangsiapa mengurangi (meninggalkan) satu fardhu tanpa menging-kari fardhunya, akan disiksa karena meninggalkannya. Barangsiapa mengerjakan fardhunya dengan sempurna, wajib baginya syurga.
Adapun orang yang meninggalkan fardhu dan diingkarinya kefardhu-annya, maka orang itu dihukumkan kafir jika telah ittifaq (sepakat) ulama akan kefardhuannya. Adapun orang yang menyempurnakan sunatnya setelah sempurna yang fardhu maka akan naiklah derajatnya di dalam syurga.

Sabda Nabi SAW :
Artinya : “Iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang, tetapi ada padanya had atau batasannya dengan menyebutkan masing-masing cabang iman maka jika kurang yang kurang pada hadnya saja bukan pada iman. Adapun asalnya itu bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwasanya Muhammad itu hamba-Nya dan Rasul-Nya kemudian mendirikan sembahyang, membayar zakat, puasa bulan Ramadhan, mengerjakan haji dan mandi junub (mengerjakan seluruhnya dengan sempurna), maka barangsiapa melebihkan batasannya bertambahlah kebajikannya dan barangsiapa mengurangi batasannya maka kuranglah itu pada batasannya bukan pada diri iman itu”.

Penjelasan :
Berkata Suyuti di dalam Niqoyah :

Artinya : “Adapun mukmin yang sempurna pada imannya adalah orang yang menyempurnakan seluruh cabang-cabang imannya dan siapa yang kurang satu cabang dari cabang-cabang iman berkuranglah imannya dengan ukuran satu cabang”.
Telah ijma` (sepakat) ulama-ulama salaf bahwasanya iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan mengerjakan maksiat. Adapun cabang-cabang iman itu ada 76 atau 77 atau 64.
Berkata Syeikh Abdul Qodir al-Jailani : “Kami beri’tikad (berkeyakinan) bahwa iman itu perkataan dengan lidah, makrifat dengan hati dan beramal dengan anggota. Bertambah ia dengan taat dan berkurang dengan maksiat, kuat ia dengan ilmu, lemah ia dengan bodoh (jahil) dan timbul iman itu dengan taufik”.

Berbeda pendapat ulama tentang iman. Adapun kebanyakan ulama Asy`ariya berpendapat bahwasanya iman itu bertambah dengan bertambah taat dan berkurang iman itu dengan berkurang taat. Mereka mengemukakan dalil atas hal itu dari dalil aqli dan dalil naqli, yaitu :

Dalil aqli : Jika tidak berlebih kurang hakikat iman, maka akan samalah iman orang fasik dan iman para nabi dan malaikat dan hal itu adalah batil.
Dalil naqli, yaitu beberapa nash yang banyak, diantaranya firman Allah SWT :
(Apabila dibacakan ayat-ayat Qur`an itu, maka bertambahlah imannya)

dan firman-Nya :
(Supaya bertambah iman mereka itu)

dan beberapa ayat lagi dari Al-Qur`an.
Adapun sabda Nabi SAW adalah seperti sabdanya pada Ibnu Umar tatkala ia menanyakan hal itu, sabdanya : “Benar ! Bertambah iman hingga memasukkannya ke syurga dan berkurang iman itu hingga membawanya masuk ke dalam neraka”. Demikian pula sabdanya, “Jikalau ditimbang iman Abu Bakar dengan iman seluruh umat, maka akan lebih berat iman Abu Bakar”. Adapun tiap-tiap yang menerima bertambah juga akan menerima berkurang.

Adapun pendapat yang paling dapat dipegang adalah bahwasanya iman itu membenarkan dengan hati saja sedangkan mengucap dua kalimat syahadat merupakan syarat dalam pelaksanaan hukum dunia seperti kalau meninggal maka dimandikan, dikafankan, disembahyangkan dan dikuburkan di pekuburan orang Islam. Iman juga bertambah dan berkurang dan sekalian amal itu merupakan syarat untuk kesempurnaan iman.

Iman dari segi bertambah dan berkurangnya dapat dibedakan atas :

* Iman seluruh manusia dan jin yaitu dapat bertambah dan berkurang.
* Iman para malaikat yaitu selalu tetap tidak bertambah dan tidak berkurang.
* Iman para nabi yaitu iman yang selalu bertambah tanpa mengalami berkurang.
* Iman orang fasik yaitu iman yang terus berkurang tanpa mengalami bertambah.

Sabda Nabi SAW :
Artinya : “Iman itu dua bagian, satu bagian pada sabar dan satu bagian pada syukur”.

Jadi bila seseorang bersifat dengan keduanya (sabar dan syukur) sempurnalah imannya.

Sabda Nabi SAW :
Artinya : “Iman itu ikatan membunuh (mencegah membunuh) maka tidak membunuh seseorang yang beriman (sempurna imannya)”.

Sabda Nabi SAW :
Artinya : “Telah menjadikan Allah iman dan dihiasi-Nya dan dipuji-Nya iman itu dengan kemurahan dan malu dan telah menjadikan Allah kufur dan dicela-Nya dengan bakhil dan durhaka”.

Sabda Nabi SAW :

Artinya : “Apabila masuk ahli syurga ke syurga dan masuk ahli neraka ke neraka, menyuruh Allah Ta’ala mengeluarkan dari neraka orang-orang yang ada dihatinya seberat zarrah iman”.

Telah diriwayatkan, bahwasanya seorang hamba Allah, apabila hendak mati datang padanya dua setan, satu duduk di sebelah kananya dalam rupa ayahnya dengan mengatakan, “Wahai anakku ! Sesungguhnya aku sangat menyayangimu maka matilah engkau dalam agama Nasrani, yaitu sebaik-baik agama !” Setan yang satu lagi di sisi kirinya dalam rupa ibunya dan mengatakan, “Wahai anakku ! Kau dulu kukandung di perutku, meminum air susuku dan pahaku tempat jejak kakimu, maka meninggallah engkau dalam agama Yahudi yaitu sebaik-baik agama !” Banyak lagi godaan setan pada saat itu hendak menyesatkan hamba Allah supaya mati tanpa iman atau kafir. Na’udzubillahi min dzalik. Hal itulah terjadi pada Barshisa dan Bal`am bin Ba’uro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar